Jumat, 06 Juli 2018

MEMBUKA CERITA LAMA: AWAL MIMPI BARU

Oleh : Sonia Margareti



Ingat sekali momen 3 tahun silam. Dulu mikirnya momen pengumuman SBMPTN bukan hal spesial atau ga perlu untuk dikenang karena ga lulus di pilihan pertama atau kedua. Ya, jurusan dan Universitas yang saya geluti saat ini bisa dibilang the worst choice. Ga diprioritasin. Ga terlalu dipikirin.

Dulu pas SMA saya ngebet banget pengen masuk Fakultas Ilmu Budaya, terutama di bidang sastra asing. Cita-citanya sederhana, pengen jadi translator. Waktu itu pengen banget masuk Sastra Korea. Mikirnya kali aja bisa jadi translatornya oppa-oppa *ah elah. Alhasil dari kelas 2 sampe kelas 3 SMA belajar bahasa Korea autodidak. Saking ngebetnya saya dulu, mulai dari tes SNMPTN, SBMPTN sampe SIMAK, pilihan yang saya prioritasin ada dua; Sastra Korea dan Sastra Rusia. Kenapa satunya saya milih Sastra Rusia? Karena bahasa Rusia masih cenderung jarang dipelajari di Indonesia , yang mana kemungkinan kedepannya bakal dicari banget karena masih jarang, ga seperti bahasa-bahasa lainnya yang udah populer kek bahasa Inggris, Cina, Perancis, ataupun Korea.

Ketika tes SNMPTN, pilihan saya kekeuh di dua jurusan itu. Tapi saya emang ga terlalu berharap bakal lulus lewat jalur ini karena penilaiannya lebih ke nilai rapor selama SMA yang saingannya bakal ketat sekali. Dan benar, saya ga lulus.
Lalu saya mencoba melanjutkan ikhtiar dengan ikut SBMPTN, pilihan saya juga tetap pada kedua jurusan itu, pada awalnya. Namun, sang Mama menyarankan untuk menggunakan slot pilihan ketiga. Beliau menyarankan untuk ngambil jurusan di sini. Di Unsri. Beliau menyarankan di jurusan Sosiologi. Sebagai anak, saya mengikuti arahan sang Mama. Walaupun, agak berat dan ga masuk hitungan.

Dan tibalah pengumuman SBM, ternyata saya lulus. Tapi..


Di pilihan ketiga.


Reaksi saya? Biasa aja. Malah kakak-kakak saya yang heboh. Dulu juga sempet kepikiran kalo ga lulus SBM, mau ngambil kuliah di kampus swasta di Jogja, kek UII atau UMY. Malah sempet kepikiran juga kalo emang ga lulus di pilihan pertama atau kedua, mending ga lulus aja. *ga bersyukur banget ya wkwkwk.

Saya masih harap-harap cemas dengan hasil SIMAK. Berharap bisa lulus di ikhtiar saya pada tes jalur terakhir. Menjelang beberapa hari sebelum pengumuman tes SIMAK, Mama sempet ngomong; “Kamu netep disini ajalah, Ge. Jauh banget kalo disana”. Nadanya lembut banget. Saya diem, dalam hati langsung mikir, “hhm keknya pengumuman SIMAK nanti aku ga lulus deh”. Karena saya sadar, Mama menyerahkan segala pilihan dan keputusan ada di saya. Beliau mempersilahkan saya untuk ikut seluruh jalur tes, membuka jalan bagi saya untuk memilih apa yang saya mau. Namun, dibalik ke-legowo-annya, beliau berharap anak perempuan satu-satunya ini ga jauh darinya. Alhasil, feeling saya benar. Saya ga lulus. Saya mencoba tegar dan mengatur ulang jalan hidup yang sudah saya rencanakan matang-matang serta mencoba mengikhlaskan hati untuk menerima dan mencoba menggeluti jurusan dimana saya keterima. Jurusan Sosiologi, Universitas Sriwijaya.

Setelah beberapa waktu mencoba mendalami jurusan ini, nilai saya biasa-biasa aja. Kek baju slim fit, ngepas.

Tapi..


Ternyata dengan berkuliah disini, _I found a new fresh way_. Dan mulailah saya sadar. Ingin bermimpi besar ga harus liat dunia yang modern mulu, dengan segala lingkungan hitz dan dan kecanggihan teknologi seperti yang saya pikir dulu. Justru, dengan melihat realita dunia yang sebenarnya, dengan segala gejolak kehidupannya, yang ga bisa dilihat dri kacamata ‘atas’ doang dapat memunculkan mimpi baru saya. Mimpi yang lebih luas, dengan pembenahan niat yang lebih baik, yang menyertakan Allah tujuan utama dalam merealisasikan keinginan saya. Bukan hanya untuk kesenangan pribadi tapi untuk kesejahteraan makhluk bumi.

Jadi, dari cerita singkat saya diatas dapat disimpulkan bahwa dengan ga lulus tes atau ga lulus di jurusan yang di idam-idamkan bukan berarti akhir dari mimpi kamu. Mungkin itu jalan yang Allah kasih agar kamu lebih memahami hakikat dari mimpi  itu sendiri. Ia ingin kamu berjuang lebih, atau bisa jadi Ia ingin kamu menemukan mimpi baru, yang mana menurutNya mimpi kamu sekarang terlalu kecil, kurang cocok buat kamu yang berjiwa besar. :)

Sekian tulisan dari saya, semoga bermanfaat!

Kamis, 15 Februari 2018

Bahasa makna



Paras nan rupawan

Puan, taukah engkau bait yang kusampaikan dengan pemilik jagad raya ini ?
puan aku bercerita kepada kepala ini dalam setiap angin malam.
betapa cantiknya engkau yang selalu aku dekap disepertiga malam.
puan taukah engkau ketika berada disekitarku seperti ada aliran darah keluar dari jantung ini.
puan hari ini sudah berpuluh hari aku tahu bahwa daku hanya seraya terkagum dalam keelokan yang sudah lalu.

selalu terpahamkan atas sebuah kekhilafan diri, buah dari hasil ketertutupan pemikiran asli,
yang termakan akan citra dari puan, tak aku pungkiri dan aku dustakan apa yang sudah menjadi ridhonya,
Puan engkau tak akan paham, tak akan tahu.

Bukan untuk menyembahmu, dalam bait ini kusampaikan akan jalan baik untuk menuju kebenaran yang hakiki dari sebuah citra yang engkau bentuk. terdapatlah hasil yang tidak masuk dalam imajinasi daku.
Tersampailah bait pesan ini dalam lingkup sisi lucu dari logika daku.


bahasa ini adalah semesta makna, akan tumbuh dan berkembang, untuk menaikan imajinasi.
dari sebuah cerita singkat diatas orang pertama tunggal yang sudah terkagum akan puannya.
dari makna yang ada.
beda dengan gambar karikatur makna dalam bahasa dapat diartikan dan dibawa kepada kemampuan verbal. bedanya karikatur  pun mewadahi makna dalam abtraksinya,

kalimat demi kalimat akan seru, yaa fiksi !
membangun pemahaman perlu waktu, ya ikuti saja langkah alurnya dengan tidak mehilangkan jejak diri.
salam manis~

Jumat, 12 Januari 2018

~Zona Waktu

Oleh: Adi wiratama
 
Setiap orang berada dan berkarya sesuai "Zona Waktu" masing-masing.

Coba mari kita lihat cerita berikut:
Presiden obama dilantik menjadi presiden Amerika Serikat ketika umur lima puluh tahun.
Presiden Trump dilantik menjadi presiden Amerika Serikat ketika umur tujuh puluh tahun.

Apakah ketika berumur lima puluh tahun presiden Trump tidak bisa menjadi presiden?

Selanjutnya...
Pemuda berumur dua puluh lima tahun sudah menjadi CEO disebuah perusahaan namun meninggal ketika berumur empat puluh tahun,
Seorang pengawai baru menjadi CEO ketika ia berumur lima puluh tahun dan meninggal dalam umur tujuh puluh tahun.

Apakah semua itu karena pemuda itu lebih cepat mengejar karir?
Ataukah pegawai yang lambat dalam karir ?

Yang paling sering kita dengar dari cerita alumni mahasiswa, Ada yang lulus ketika umur dua puluh satu tahun namun baru mendapatkan pekerjaan pada umur dua puluh lima tahun dan ada yang lulus pada umur dua puluh lima tahun langsung mendapatkan pekerjaan.

Semuanya karena 'Zona waktu Setiap insan berbeda-beda'

Cerita diatas hanyalah gambaran dari sampel zona waktu setiap orang, ketika hari ini skripsimu belum selesai apakah itu salah?
Belum tentu, mungkin karena kamu belum bisa menempatkan zona waktu saja.

Zona waktu bukan dicari atau ditunggu namun diciptakan, Antara hati dan keinginan harus selaras agar tepat dalam penyesuaian zona waktu.

Silahkan tentukan zona waktu bagi kalian insan yang diciptakan dari kromosom-kromoson pemikir.